Detail Berita

Informasi lengkap dari Dayah Ulumul Qur'an Yayasan Quba' Bebesen

Dayah Ulumul Qur’an Quba Bebesen Gelar Acara “Munyerah ni Murid ku Guru”

Dayah Ulumul Qur’an Quba Bebesen Gelar Acara “Munyerah ni Murid ku Guru”

20 July 2025
Bebesen, Aceh Tengah – Di tengah hiruk-pikuk arus modernisasi pendidikan, Dayah Ulumul Qur’an Quba Bebesen kembali menghadirkan napas kearifan lokal melalui sebuah prosesi adat penuh makna: Munyerah ni Murid ku Guru. Acara ini digelar sebagai bentuk pengukuhan hubungan sakral antara santri dengan guru dalam bingkai adat Gayo yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

Munyerah ni Murid ku Guru secara harfiah berarti “menyerahkan murid kepada guru”. Tradisi ini bukan sekadar simbol penyerahan tanggung jawab, tetapi merupakan peneguhan niat, keikhlasan, dan komitmen bersama antara orang tua, santri, dan guru dalam proses pendidikan jiwa dan akhlak.

Menjaga Warisan Leluhur di Tengah Dunia Modern | Prosesi yang berlangsung khidmat ini dipandu langsung oleh Majelis Adat Gayo (MAG), lembaga yang selama ini menjadi penjaga nilai-nilai adat dan budaya masyarakat Gayo. Dengan lantunan kalimat adat dan busana tradisional yang khas, acara ini menggambarkan betapa adat bukanlah penghalang kemajuan, melainkan fondasi kokoh yang memperkuat nilai-nilai pendidikan.

Dalam prosesi tersebut, wali santri menyerahkan anak-anak mereka kepada guru dengan penuh haru dan harapan, disaksikan oleh seluruh civitas Dayah Ulumul Qur’an Quba Bebesen. Hal ini mengisyaratkan kepercayaan penuh terhadap guru sebagai pembimbing spiritual dan intelektual bagi generasi penerus.

Sambutan Penuh Makna dari Tokoh-Tokoh Pendidikan dan Adat | Acara ini semakin bermakna dengan kehadiran Tgk. Drs. H. Alam Syuhada, S.H., M.M, selaku Ketua Yayasan Ulumul Qur’an Quba Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Munyerah ni Murid ku Guru merupakan pengingat penting bagi kita semua tentang hakikat pendidikan: “Pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu, tetapi juga perjalanan spiritual untuk menanamkan akhlak, adab, dan kesadaran diri. Tradisi ini memperkuat peran guru sebagai orang tua kedua yang harus dihormati dan dijunjung tinggi.” Ujar Tgk. Alam Syuhada

Selain itu, Pimpinan Dayah, Tgk. Ranta, S.Pd.I, menegaskan bahwa acara ini adalah bentuk integrasi antara pendidikan pesantren dan nilai-nilai kedaerahan yang harus terus dirawat. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang turut mendukung acara ini, khususnya kepada MAG yang hadir secara langsung untuk memandu jalannya prosesi. Turut hadir pula para Kepala Madrasah MAS dan MTsS Ulumul Qur’an Quba Bebesen, para ustadz dan ustadzah, serta wali santri yang menyaksikan prosesi tersebut dengan penuh haru dan kebanggaan.

Menanam Nilai: Adab Sebelum Ilmu | Di balik prosesi adat ini, terdapat pesan besar yang hendak diwariskan: bahwa adab lebih utama dari ilmu. Santri yang diserahkan kepada guru tak hanya diminta menghafal Al-Qur’an atau memahami ilmu agama, tapi terlebih dahulu ditanamkan rasa hormat, patuh, dan adab terhadap sang guru.
Acara Munyerah ni Murid ku Guru menjadi pengingat bahwa dalam Islam dan adat Gayo, guru menempati posisi yang sangat dimuliakan. Ia adalah pemegang amanah, pembimbing jalan, dan pembentuk karakter. Maka, penyerahan murid kepada guru bukanlah formalitas, melainkan pengikatan batin dalam proses pembentukan generasi berakhlak mulia.

Harapan Dayah ke Depan | Dengan terselenggaranya acara ini, Dayah Ulumul Qur’an Quba Bebesen menunjukkan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi penjaga nilai-nilai budaya yang selaras dengan syariat. Semoga tradisi ini terus dilestarikan, menjadi bagian dari kurikulum kehidupan santri yang tak hanya cerdas intelektual, tetapi juga kuat dalam spiritual dan berakar dalam identitas budaya. Karena pada akhirnya, generasi yang unggul adalah mereka yang tumbuh dari akar tradisi dan terbang tinggi dengan ilmu dan akhlak.


← Kembali ke Daftar Berita